PALU,netiz.id – Gelombang penolakan terhadap pelaksanaan Festival Persahabatan Palu 2025 mencuat dari berbagai elemen masyarakat di Sulawesi Tengah. Salah satu kelompok yang menentang adalah Aliansi Jaga Aqidah. Dalam unjuk rasa yang digelar pada Jumat (12/01/25) di depan Kantor Wali Kota Palu, mereka mendesak agar festival yang menghadirkan pembicara utama Dr. Peter Youngren dari Kanada tersebut dibatalkan.
“Kami menolak pelaksanaan Festival Persahabatan Palu 2025 dan meminta pencabutan baliho festival yang tersebar di berbagai titik di Kota Palu,” ujar Koordinator Aksi, Ari Fachri, kepada wartawan.
Menurut Ari, kegiatan ini berpotensi mengganggu harmoni keagamaan dan memuat aktivitas yang dikhawatirkan dapat merusak aqidah umat Islam. Ia juga menyoroti promosi yang dianggap berlebihan dan menilai festival ini dapat mengancam toleransi antarumat beragama di Sulawesi Tengah.
Festival Persahabatan Palu 2025 direncanakan akan berlangsung pada 30 Januari hingga 2 Februari 2025 di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Vatulemo, kompleks Kantor Wali Kota Palu. Acara tersebut digagas oleh Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili (PGLII) Sulawesi Tengah.
Tidak hanya Aliansi Jaga Aqidah, keberatan juga datang dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Palu. Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Palu, Muh. Yunus Gaffar S., meminta agar lokasi pelaksanaan festival dievaluasi.
“Dari berbagai referensi, kami mendapat informasi bahwa Peter Youngren adalah seorang tokoh agama yang menggunakan pendekatan agama dalam praktik pengobatannya. Oleh karena itu, kami meminta agar festival ini tetap boleh diadakan di Kota Palu, tetapi tidak di fasilitas umum seperti lapangan terbuka,” jelasnya pada Minggu (12/01/25).
Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Tengah turut menyampaikan pandangan serupa. Ketua FKUB Sulteng, Zainal Abidin, mengimbau agar festival tersebut dilakukan di tempat yang lebih tertutup untuk menghindari polemik di masyarakat.
“Kami menyarankan agar kegiatan ini dilaksanakan di lokasi yang lebih tertutup, seperti Lapangan Gelora Bumi Kaktus (GBK), Lapangan Mako Brimob Petobo, atau lokasi lain yang lebih mudah dikontrol,” ujar Zainal pada Senin (13/01/25).
Sementara itu, perwakilan massa aksi lainnya, Ustaz Hartono, menganggap kegiatan ini dapat mengancam toleransi beragama di Sulawesi Tengah. Ia meminta pemerintah untuk bersikap tegas dalam menyikapi acara serupa di masa depan.
Festival Persahabatan Palu 2025 kini menjadi sorotan publik. Berbagai pihak mendesak agar pemerintah dan penyelenggara dapat meninjau ulang pelaksanaan acara tersebut demi menjaga keharmonisan masyarakat di Sulawesi Tengah. (*)