Menu

Mode Gelap

Daerah · 14 Mei 2025

Bantahan Petani: Penelitian PT BTIIG Dinilai Tidak Realistis dengan Kondisi Lapangan


					Gerakan Petani Indonesia Menggugat (GAPIT) Morowali. FOTO: aum Perbesar

Gerakan Petani Indonesia Menggugat (GAPIT) Morowali. FOTO: aum

MOROWALI,netiz.id — Penjelasan manajemen PT Baoshuo Taman Industry Investment Group (BTIIG) mengenai penelitian debit air mendapat penolakan keras dari masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Petani Menggugat (GAPIT).

Pada yang oleh Bupati Morowali pada Rabu, (14/05/25), Cipto Rustianto, Manajer Eksternal PT BTIIG, menjelaskan bahwa mengalami kekurangan pasokan air untuk memenuhi kebutuhan industri. Oleh karena itu, pihaknya melakukan penelitian untuk memastikan pasokan air yang cukup dan stabil demi mendukung keberlanjutan operasional kawasan industri.

“Pengambilan air tambahan dari Sungai Karaopa adalah langkah yang kami sangat perlukan untuk pengembangan. Kami sudah mengurus izin, dan rekomendasi dari CK SDA telah dikeluarkan pada Juli, sementara izin keluar pada bulan Agustus ,” ujar Cipto.

Cipto juga menambahkan, data dari neraca air DAS Karaopa periode 2007-2016 menunjukkan bahwa debit maksimum tercatat 68,64 dan debit minimum 3,59. Dengan rencana pengambilan air sebanyak 2 m³ per detik, pihak PT BTIIG meyakini bahwa pengambilan tersebut tidak akan mengganggu aliran air irigasi dan masih berada di bawah debit minimum.

Namun, penjelasan ini langsung dibantah oleh Koordinator GAPIT, Alimudin, yang menilai penelitian tersebut tidak memperhitungkan realitas yang dihadapi para petani di lapangan. Alimudin menjelaskan bahwa pada musim kemarau, irigasi sering kali harus membagi aliran air antara pintu air Witaponda dan Bumi Raya karena debit air Sungai Karaopa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ribuan sawah.

Lebih lanjut, Alimudin mengungkapkan bahwa petani sering terlibat konflik fisik akibat perebutan air untuk kebutuhan sawah mereka, bahkan sampai ada yang membawa senjata tajam (sajam) demi mempertahankan hak mendapatkan air.

“Atas dasar itu, seluruh petani yang mengelola sekitar 2.791 sawah di Bumi Raya dan Witaponda menolak keras rencana di Sungai Karaopa,” tegas Alimudin.

Penolakan ini menjadi peringatan serius bagi pihak perusahaan, mengingat ketegangan yang sudah terjadi di antara petani dan pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan industri dan keberlanjutan pertanian di wilayah tersebut. (KB/*)

Artikel ini telah dibaca 59 kali

badge-check

Writer

Baca Lainnya

Moh Haekal Ishak Serap Aspirasi Warga Ujuna, Soroti Drainase hingga PJU Gelap

17 Juli 2025 - 21:50

DPRD Kota Palu

Muslimun Serap Aspirasi Warga Lere, Prioritaskan Bantuan untuk UMKM dan Perbaikan Infrastruktur

17 Juli 2025 - 17:36

DPRD KOTA PALU

DPRD Sulteng Siap Dukung Kinerja Kejati di Bawah Kepemimpinan N. Rahmat

17 Juli 2025 - 14:15

DPRD SULTENG

MA Tolak Kasasi, DB Lubis Tetap Jalani Hukuman dalam Kasus Korupsi 

17 Juli 2025 - 07:08

Gubernur Anwar Hafid Sinergi dengan Kemenaker, Wujudkan BLK Berbasis Industri di Sulteng

17 Juli 2025 - 06:02

Gubernur Sulteng, Anwar Hafid

Serap Aspirasi Warga Donggala Kodi, Sultan Amin Soroti Kebutuhan Disabilitas dan Penguatan UMKM

16 Juli 2025 - 23:00

Sultan amin
Trending di Daerah